CGTN: Perayaan Imlek di Tiongkok: Arus Perjalanan yang Memecahkan Rekor, Merayakan Warisan Kebudayaan
BEIJING, 26 Januari 2025 /PRNewswire/ -- Pada pukul 5:30 pagi, Wang Hui, seorang perempuan yang tengah bepergian bersama keluarganya, menunggu keberangkatan di Stasiun Kereta Shenzhen Utara. Dia akan berangkat dengan kereta cepat pertama dari Shenzhen, Tiongkok Selatan, menuju Xi'an, Tiongkok Barat Laut, pada pukul 6:08 pagi.
Sebagai seorang ibu dan warga yang menetap di Shenzhen, Wang bercerita, meski telah lama hidup di kota tersebut, dia selalu merindukan kampung halamannya, khususnya ketika Perayaan Imlek.
"Saya telah tinggal di Shenzhen sejak berkuliah, dan saya kini memiliki keluarga sendiri. Namun, setiap tahun, menjelang Perayaan Imlek, saya selalu merindukan kampung halaman," ujarnya sambil tersenyum meski harus berangkat pagi-pagi buta, dan harus menempuh perjalanan panjang.
Pemudik lain, Zhong, pulang ke kota asalnya di Chenzhou, Tiongkok Tengah, provinsi Hunan. Setelah tinggal di Shenzhen selama lebih dari satu dekade, menurutnya, perkembangan pesat Shenzhen tak pernah menghapus kerinduannya akan kampung halaman pada Hari Raya Imlek.
"Saya telah merencanakan liburan ini selama satu bulan. Perayaan Imlek merupakan momen yang dihabiskan bersama keluarga dan merayakan tradisi yang menghubungkan kita semua," kata Zhong.
Arus Mudik
Arus mudik pada Perayaan Imlek, dijuluki chunyun, tengah terjadi di seluruh Tiongkok, sebab jutaan warga, seperti Wang dan Zhong, menempuh perjalanan panjang untuk bertemu kembali dengan keluarga pada momen liburan yang paling penting sepanjang tahun.
Arus mudik tahun ini berawal dari 14 Januari dan berakhir pada 22 Februari, berlangsung selama 40 hari. Pihak berwenang telah memperkirakan 9 miliar arus perjalanan lintaswilayah selama periode tersebut. Pada 19 Januari, lebih dari 1 miliar arus perjalanan lintaswilayah telah berlangsung, menurut instansi perhubungan.
Menurut Ctrip, salah satu agen perjalanan wisata daring terbesar di Tiongkok, sebagian besar pelaku arus mudik berangkat dari kota-kota lapis satu, seperti Guangzhou, Shanghai, Shenzhen, Beijing dan Hangzhou, sedangkan Harbin, Chongqing dan Chengdu menjadi destinasi wisata terpopuler.
Bagi jutaan orang yang mudik, Perayaan Imlek bukan hanya menjadi momen untuk bertemu kembali dengan keluarga. Imlek berkaitan dengan perayaan akar kultural yang menjadi unsur hari besar tersebut. Ketika menempuh arus mudik demi menikmati santap malam bersama keluarga, para warga tak hanya menempuh perjalanan fisik, namun juga turut terlibat melestarikan dan merayakan kekayaan warisan kebudayaan Tiongkok.
Merayakan warisan kebudayaan
Bagi banyak warga Tiongkok, unsur utama dari Perayaan Imlek adalah pertemuan kembali dengan keluarga. Meski demikian, momen pertemuan dengan keluarga hanyalah awal, dan banyak tradisi berikutnya yang akan dilakukan.
Berbelanja perlengkapan perayaan Imlek, menempelkan hiasan Imlek, membagikan angpau (hongbao), menyalakan petasan, menggantungkan lampion, serta bergadang pada malam Imlek (shousui) merupakan bagian dari adat istiadat.
Tradisi lainnya adalah menonton Pesta Imlek atau chunwan. Program TV tahunan ini, telah disiarkan sejak 1983, tetap menjadi unsur utama dalam perayaan Imlek. Selama empat setengah jam, program ini menampilkan pertunjukan lagu, tari-tarian, opera, komedi sketsa, bincang-bincang, seni bela diri dan akrobat. Sejak pesta ini tercantum dalam daftar Warisan Kebudayaan Tak Benda UNESCO, ajang tahun ini pun terus mengintegrasikan berbagai elemen kultural.
Selain pesta tersebut, warisan kebudayaan tak benda kian mengemuka dalam beragam aspek Imlek. Di Chongqing, salah satu gerai yang menjual produk kultural, dikelola oleh Guo, mengalami kenaikan omzet barang-barang tradisional, seperti alat kerajinan potong kertas, wayang khas Tiongkok, serta lukisan Imlek. "Semakin banyak orang mencari produk kriya buatan tangan yang unik, serta mencerminkan warisan kebudayaan nasional," tutur Guo.
Atraksi wisata bertema TIK juga berkembang pesat. Mulai dari seni potong kertas tradisional di provinsi Zhejiang hingga Festival Lampion di Zigong, berbagai orang mendatangi destinasi yang menawarkan pengalaman kultural menarik.
Tren ini juga tercermin dari angka pemesanan paket wisata, dan wilayah-wilayah yang memanfaatkan TIK mengalami lonjakan arus wisatawan. Data dari Meituan Travel, salah satu platform layanan daring terkemuka di Tiongkok, menunjukkan, pencarian informasi seputar atraksi wisata yang melibatkan warisan kebudayaan tak benda, seperti pertunjukan huohu (permainan pot api) di Guiyang, serta Festival Lampion Zigong, secara berturut-turut telah meningkat lima kali lipat dan dua kali lipat dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Setelah arus chunyun mencatat rekor tertinggi dalam sejarah, Perayaan Imlek tahun ini tak hanya melibatkan angka mudik yang luar biasa, namun juga mencatat lonjakan aktivitas konsumsi produk dan jasa kultural sehingga mendorong perkembangan sektor pariwisata, serta mengusung momentum baru dalam ekonomi Tiongkok.
Informasi lebih lanjut:
SOURCE CGTN
Bagikan artikel ini