CGTN: Tiongkok memperluas reformasi dan kebijakan pintu terbuka, menarik minat investor global
BEIJING, 1 April 2024 /PRNewswire/ -- Sesi pembukaan Boao Forum for Asia (BFA) Annual Conference 2024 berlangsung di Boao, Provinsi Hainan, Tiongkok Selatan, Kamis lalu. Dalam kata sambutannya, Legislator Senior Tiongkok Zhao Leji menekankan potensi ekonomi Tiongkok, menarik minat investor internasional, serta mendorong solidaritas dan kerja sama Asia demi mewujudkan kemakmuran regional.
Menurut Zhao, Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok, Tiongkok menjalankan pembangunan bermutu tinggi sekaligus memperluas reformasi dan kebijakan pintu terbuka sehingga menawarkan berbagai peluang menarik bagi Asia dan dunia.
"Berinvestasi pada Tiongkok Berarti Berinvestasi pada Masa Depan"
Tiongkok telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% pada 2024 dan pertumbuhan PDB negara ini mencapai 5,2% pada tahun lalu, notabene salah satu yang tertinggi di antara negara-negara maju lain. Ekonomi Tiongkok berkontribusi sekitar sepertiga terhadap pertumbuhan global, dan Dana Moneter Internasional (IMF) tahun lalu memproyeksikan, 1 poin persentase pertumbuhan PDB Tiongkok akan menghasilkan kenaikan sebesar 0,3 poin persentase pada ekonomi negara-negara Asia lain.
Guna mentransformasi ekonomi dan mencapai pembangunan berkelanjutan, Tiongkok kini memperluas reformasi. Misalnya, Tiongkok bertekad mengurangi daftar negatif investasi asing, menghapus segala batasan investasi asing di sektor manufaktur, serta menyediakan penanganan nasional untuk usaha-usaha asing.
Pada 22 Maret lalu, Kementerian Perdagangan Tiongkok mengeluarkan daftar negatif investasi tingkat nasional yang pertama untuk perdagangan lintaswilayah di sektor jasa. Sektor-sektor yang tidak tercantum dalam daftar ini secara otomatis terbuka bagi penyedia jasa asal luar negeri dengan persyaratan yang sama seperti penyedia jasa dalam negeri. Hal tersebut merupakan lompatan besar dalam kebijakan pintu terbuka Tiongkok.
Tiongkok juga bertekad mencapai puncak emisi karbondioksida sebelum 2030 dan netralitas karbon sebelum 2060. Data resmi menunjukkan, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Tiongkok berkontribusi hampir setengah dari kapasitas terpasang PLTS global. Lebih lagi, jumlah kendaraan energi baru (NEV) yang terdaftar di Tiongkok berkontribusi lebih dari setengah dari jumlah NEV global. Sementara, minimum 25% perluasan lahan hutan sejak awal 2000 secara global berasal dari Tiongkok. Menurut Zhao, pembangunan hijau dan rendah karbon Tiongkok diperkirakan mendorong pasar investasi dan konsumsi senilai RMB 10 triliun (sekitar $1,4 triliun) setiap tahun.
Di sisi lain, sejumlah motor penggerak baru dalam ekonomi Tiongkok yang bersumber dari inovasi teknologi pun tengah berkembang pesat. Di ajang China Development Forum yang baru saja digelar, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang memaparkan, nilai tambah industri-industri strategis baru terhadap PDB Tiongkok meningkat dari 7,6% pada 10 tahun lalu menjadi lebih dari 13% pada tahun lalu. Skala ekonomi digital Tiongkok juga telah menembus RMB 50 triliun, dan Tiongkok kini memiliki 24 dari 100 klaster inovasi sains-teknologi dunia.
"Potensi pasar masif Tiongkok yang meliputi lebih dari 1,4 miliar orang kelak semakin terwujud," ujar Zhao. "Maka, berinvestasi pada Tiongkok berarti berinvestasi pada masa depan."
Kerja sama berperan penting dalam kemakmuran global
Zhao juga menyampaikan optimisme atas perkembangan Asia di forum tersebut, dan dia menilai Asia sebagai wilayah yang "paling dinamis dan menjanjikan" di dunia. Namun, dia juga mengingatkan bahwa proteksionisme dan pola pikir perang dingin menghambat beberapa negara menjalankan pembangunan, serta mendorong dunia menuju perpecahan dan konfrontasi.
Sebuah laporan yang diterbitkan BFA Academy pada Selasa lalu memperkirakan, ekonomi Asia akan mempertahankan pertumbuhan positif pada 2024, dan berkontribusi sebesar 49% terhadap PDB dunia. Tingkat pertumbuhan Asia juga diproyeksikan tercatat 4,5%.
Meski pertumbuhan Asia menghadapi sejumlah tekanan dari perlambatan ekonomi dunia, konflik geopolitik, dan faktor-faktor lain, sejumlah faktor positif, termasuk perdagangan digital yang kian cepat, pemulihan sektor pariwisata, serta perkembangan integrasi ekonomi regional, seperti Regional Comprehensive Economic Partnership, akan membawa angin segar yang baru bagi sektor perdagangan dan investasi Asia, menurut proyeksi laporan tersebut.
Zhao menekankan, perdamaian merupakan syarat bagi pembangunan Asia di tengah ancaman keamanan global yang saling terkait dan kompleks. Maka, dia mendorong negara-negara Asia agar tetap bersatu, bekerja sama melawan unilateralisme dan arogansi, menentang konfrontasi antara kubu yang berbeda, serta mencegah agar Asia dan dunia menjadi arena pertarungan geopolitik.
Di 2022 Boao Forum, Tiongkok merekomendasikan Global Security Initiative yang mempromosikan visi keamanan bersama yang komprehensif, kooperatif dan keberlanjutan. Pada 2021, Tiongkok juga menggagas Global Development Initiative yang mempromosikan globalisasi, multilateralisme dan perdagangan bebas, demi membangun dunia yang adil, setara, terbuka, serta inklusif.
"Tidak ada satu pun negara yang mampu berkembang sendirian," papar Zhao. Dia juga menambahkan, "Kita harus menentang proteksionisme bisnis dan segala upaya yang menghadirkan hambatan perdagangan, kebijakan isolasi, serta menghalangi rantai pasok. Sebaliknya, kita harus membagikan berbagai peluang dalam kebijakan pintu terbuka, serta mencari hasil yang saling menguntungkan lewat kerja sama."
SOURCE CGTN
Bagikan artikel ini