Huawei Usulkan Pembangunan Jaringan Optik F5.5G yang Mengutamakan AI agar Operator Telekomunikasi dapat Mencapai Pertumbuhan Baru
ISTANBUL, Turkiye, 5 November 2024 /PRNewswire/ -- Hari ini, di acara 10th Ultra-Broadband Forum (UBBF 2024), Bob Chen, President, Optical Business Product Line, Huawei, menyampaikan presentasi berjudul Build AI-Centric F5.5G All-Optical Network for New Growth (Membangun Jaringan Optik F5.5G yang Mengutamakan AI untuk Pertumbuhan Baru).
AI era telah tiba. Model AI dasar yang bersifat umum pun terus ditingkatkan, serta cepat diaplikasikan di beragam industri. Hingga kini, lebih dari 1.300 model AI dasar yang telah diterapkan. Selain itu, AI juga marak digunakan pada ponsel, PC, dan mobil. Ke depan, AI akan menjadi bagian penting dari terminal. AI akan membantu kita merencanakan liburan, membuat kode pemrograman, serta memeriksa kualitas barang. Ke depan, AI akan mentransformasi setiap aspek dalam kehidupan, pekerjaan, dan aktivitas produksi.
Menurut Bob Chen, pada era AI, beberapa operator telekomunikasi akan bertransformasi menjadi penyedia layanan AI. Beberapa operator lain akan berkolaborasi dengan pihak ketiga untuk menyediakan sejumlah layanan seperti komputasi AI dan aplikasi AI. Bagi pihak operator, infrastruktur jaringan yang canggih, serta "peningkatan komputasi dengan jaringan" kelak menentukan kesuksesan bisnis pada era AI. Sinergi perangkat AI-komputasi awan, serta komputasi pintar menuntut pita lebar jaringan yang besar, latensi rendah, dan reliabilitas tinggi. Maka, Huawei terus berinovasi pada segmen F5.5G, terutama dalam hal transmisi optik, akses optik, serta platform manajemen dan pengendalian agar operator telekomunikasi mampu membangun jaringan optik yang mengutamakan AI.
Dalam hal transmisi optik, teknologi optical switching Huawei kini diperluas hingga mencakup pusat data dan metro edge. Pertama, dengan optical switching, pusat data mendukung peningkatan skala dan efisiensi komputasi AI. Solusi optical switching pusat data Huawei juga menopang ekspansi komputasi pintar, dari 1.000 kartu hingga jutaan kartu berdasarkan porta yang sangat padat dan konsumsi daya listrik yang sangat rendah. Dibandingkan solusi konvensional, moda implementasi tanpa modul optik mengurangi tingkat kegagalan sekitar 20%. Lebih lagi, dengan all-optical switching pada metro edge, Huawei membantu operator telekomunikasi membangun lingkar latensi 1 ms, 5 ms, dan 10 ms melalui mesh networking, serta dari all-optical one-hop connection menuju all-optical switching terpadu, dari backbone menuju metro, guna menjamin pengalaman AI terbaik. Hingga kini, lebih dari 50 operator telekomunikasi di seluruh dunia telah memperluas jangkauan optical switching ke metro edge dan membangun metro network 1 ms.
Untuk akses optik, Bob Chen mencatat, fixed broadband harus menyediakan layanan premium. Berdasarkan koneksi serat optik, fixed broadband mewujudkan pengalaman deterministik dan jaminan layanan untuk setiap pengguna. Secara global, ada tiga model monetisasi untuk fixed broadband: monetisasi jangkauan jaringan, monetisasi pita lebar, dan monetisasi pengalaman penggunaan jaringan.
Pertama, monetisasi jangkauan jaringan. Saat ini, tidak ada koneksi serat optik tersedia bagi lebih dari 28% pengguna global. Maka, jangkauan jaringan serat optik harus dipercepat demi menangkap peluang dari bonus demografi. Solusi-solusi Huawei, termasuk QuickConnect ODN dan all-scenario AirPON, membantu pihak operator membangun jaringan secara cepat dan hemat biaya.
Kedua, monetisasi pita lebar. Beberapa operator telah menggunakan pita lebar serat optik, namun paket layanan mereka hanya mencapai lusinan Mbps. Akibatnya, nilai tambah serat optik tidak terealisasi. Untuk itu, Huawei menganjurkan agar paket layanan ini secara bertahap diperbarui sehingga layanan pita lebar yang lebih kompetitif dapat tersedia. Beberapa operator juga telah menawarkan paket layanan gigabita. Meski demikian, pengalaman penggunaan layanan ini masih belum optimal, bahkan video freezing kerap terjadi. Akar penyebabnya adalah GPON digunakan untuk menyediakan paket layanan gigabita tersebut. Maka, GPON harus diperbarui menjadi 10G PON secepat mungkin supaya pengalaman jaringan menjadi lebih baik.
Ketiga, monetisasi pengalaman penggunaan jaringan. Kini, industri memiliki konsensus tentang perkembangan FTTH dengan satu serat optik menuju FTTR dengan satu jaringan. Jaringan FTTR dapat menjamin pengalaman optimal bagi setiap orang, kapan saja, di mana saja. Hingga kini, jumlah pengguna FTTR global telah menembus 30 juta. Lebih lagi, Huawei mempercepat inovasi dan pembaruan FTTR+X agar operator dapat melakukan inovasi aplikasi AI, termasuk AI plus penyimpanan data, home guard, dan layanan kesehatan. Target akhirnya, mendukung smart home berdasarkan satu jaringan FTTR.
Untuk platform manajemen dan pengendalian, Huawei memanfaatkan digital twin dan model AI dasar guna meningkatkan pengalaman pengguna dan efisiensi O&M dalam skenario solusi premium broadband dan premium transmission. Solusi Huawei Premium Broadband menerapkan fitur automatic fault locating sehingga diagnosis kerusakan jaringan berlangsung pada hitungan menit, serta fitur proactive poor-QoE rectification yang mengurangi keluhan pengguna hingga 30%. Solusi Premium Transmission memakai fitur automatic online planning yang mempersingkat TTM layanan baru, dari hitungan bulan menjadi jam.
"Pada dekade berikutnya, AI semakin populer," ujar Bob Chen. "Huawei ingin bekerja sama dengan mitra-mitra industri untuk membangun jaringan optik F5.5G yang mengutamakan AI, memperluas jangkauan optical switching hingga meliputi pusat data dan metro edge, membangun jaringan premium untuk akses optik dengan memonetisasi jangkauan jaringan, pita lebar, dan pengalaman penggunaan jaringan, serta memasukkan fitur-fitur AI pada platform manajemen dan pengendalian. Lewat cara ini, kita dapat mempercepat popularitas AI dan mencapai pertumbuhan bisnis baru secara bersama-sama pada era teknologi pintar!"
SOURCE Huawei
Bagikan artikel ini